Untuk memperbaiki taraf hidup dan ekonomi, tidak sedikit warga yang rela pindah domisili ke luar pulau alias meninggalkan kampung halaman.
Kabupaten Luwu Timur, salah satu wilayah yang menjalankan program transmigrasi pusat.
Mahalona Raya di Kecamatan Towuti, jadi tujuan favorit warga Jawa untuk mencari peluang hidup yang lebih baik.
Rata-rata warga transmigran dari Jawa yang kini menetap di Luwu Timur, bekerja sebagai petani, baik di lahan sendiri maupun di lahan warga asli.
“Dan yang paling sering diakses oleh masyarakat transmigran adalah buruh tani lada atau merica,” ujar Kepala Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Nakertrans) Luwu Timur, Kamal Rasyid, Sabtu (7/12/2024).
Berbagai fasilitas dan kemudahan sudah disiapkan oleh pemerintah untuk transmigran di Mahalona Raya. Seperti akses jalan, jaringan listrik PLN, jaringan telepon seluler, sarana air bersih, fasilitas pendidikan mulai TK, SD, SMP, bahkan SMA.
Untuk rumah, akses jalan, sekolah dan beberapa fasilitas umum lainnya disiapkan oleh pemerintah pusat, kementrian transmigrasi
Sejauh ini, jumlah penempatan warga transmigrasi di Mahalona Raya, mulai tahun 2007-2023 sebanyak 1.435 kepala keluarga (KK).
Transmigrasi terdiri dari transmigrasi penempatan asal (TPA) atau transmigran dari luar Sulsel-Luwu Timur.
Kemudian, transmigrasi penempatan setempat (TPS) atau transmigran dari wilayah Luwu Timur dan khususnya Mahalona Raya.
SP 1 Mahalona tahun penempatan 2007-2008, 330 KK, terdiri dari 165 TPA, dan 165 TPS.
SP 2 Mahalona tahun penempatan 2009-2011 300 KK, 150 TPA dan 150 TPS.
SP 3 Mahalona tahun penempatan 2009-2012, 410 KK, 230 TPA dan 180 TPS
SP 4 Mahalona tahun penempatan 2013-2015, 200 KK, 100 TPA dan 100 TPS.
SKPC 1 Koromalai tahun penempatan 2018-2023, 195 KK, 97 TPA dan 98 TPS.