Kiri: Tampilan laman resmi PT Vale yang menekankan komitmen terhadap keberlanjutan lingkungan. Kanan: Foto pembersihan tumpahan minyak di Towuti, Luwu Timur, (Agustus 2025).
Sarambang.id – PT Vale Indonesia Tbk, saat ini tengah gencar mengampanyekan ‘Bangkit Bersama’ dan pemulihan lingkungan pascakejadian kebocoran pipa minyak di Kecamatan Towuti, Kabupaten Luwu Timur.
PT Vale juga menegaskan bahwa upaya pemulihan di Towuti dilakukan dengan pendekatan ilmiah, transparansi, dan melibatkan masyarakat.
“Komitmen kami tetap sama sejak hari pertama, menjawab keresahan masyarakat dengan solusi terbaik, selain kompensasi, kami melibatkan tim ahli independen untuk melakukan asesmen berkala agar tidak ada dampak sosial, kesehatan, maupun lingkungan yang tersisa,” Kata Head of External Relations PT Vale, Endra Kusuma, dalam siaran pers yang diterima redaksi , sabtu 06/09/2025.
Namun, di balik pernyataan komitmen dan kampanye pemulihan yang digaungkan perusahaan peraih PROPER Hijau dan Emas dari KLHK itu, justru menguak cerita lama bahwa kebocoran pipa di Towuti bukanlah peristiwa pertama, bahkan ini disebut-sebut sudah berulang kali terjadi.
PT Vale sebagai perusahaan yang juga kerap mengklaim menjalankan prinsip Good Mining Practice dan keberlanjutan lingkungan dalam pengelolaan tambang, justru menjadi pernyataan kontras jika disandingkan dengan riwayat kejadian dugaan pencemaran di Towuti yang terjadi berulang kali.
Seperti yang diungkap oleh, Kepala Dusun Molindoe, Yusperlin, bahwa kejadian yang terjadi pada Agustus 2025 ini (Kebocoran Pipa) merupakan kali ketiga, bahkan kata dia, Lokasi kebocoran tidak jauh dari titik kebecoran sebelumnya.
“Kebocoran ini bukan pertama, tapi yang ketiga kalinya, (Lokasinya) dari titik (sekarang) tidak jauh dari yang pertama dan kedua,” ungkap Yusperlin seperti dikutip dari detikSulsel.
Hal serupa juga dibeberkan seorang petani di Desa Lioka, dalam rapat darurat yang digelar di Kantor Camat Towuti, Sabtu (23/8/2025).
Menurutnya, peristiwa tumpahan minyak PT Vale juga terjadi pada tahun 2000 silam yang membuat sawah di wilayah terdampak tidak bisa ditanami selama bertahun-tahun.
“Sudah tiga kali terjadi, dan yang sekarang ini paling parah,” beber petani tersebut.
Sementara itu, Direktur Eksekutif WALHI Sulsel, Muhammad Al-Amin mengungkapkan, kasus pencemaran lingkungan yang dilakukan oleh PT Vale Indonesia Tbk bukan kali pertamanya.
Amin menyebut bahwa berdasarkan data dari WALHI Sulsel, kejadian pencemaran lingkungan juga pernah terjadi pada tahun 2016 lalu.
“Sebenarnya PT Vale ini sudah berkali-kali melakukan pencemaran lingkungan, PT Vale sudah melakukan praktek pencemaran berkali-kali, di tahun 2016 dan 2017” ungkap Amin dalam konferensi pers yang digelar di Makassar, baru-baru ini.
Ia juga mengatakan bahwa pencemaran yang dilakukan PT Vale juga pernah terjadi di pesisir laut desa Harapan, juga di pulau kecil di Luwu Timur, ditemukan ada limbah sulfur. (Rif).
